tours
WhatsApp Image 2025-07-16 at 11.57.32_1087950a
previous arrow
next arrow

Gending Raja Manggala Mengiringi Sri Sultan Hamengku Buwono X Menemui Ribuan Massa Aksi di Polda DIY

Jelajahnusantara.co.id| Yogyakarta malam itu terasa berbeda. Dari halaman Mapolda DIY, ribuan massa aksi masih bertahan, menyuarakan aspirasi dengan penuh emosi. Namun, suasana yang semula tegang perlahan mencair ketika terdengar alunan gending Raja Manggala. Irama gamelan Jawa itu mengalun syahdu, menandai langkah seorang raja yang keluar menemui rakyatnya.

Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, berjalan kaki keluar gedung Polda menemui massa. Ia didampingi para putri dan kerabat kerajaan—GKR Condrokirono, GKR Hayu, serta KPH Yudanegara—bersama Kapolda DIY Irjen Pol Anggoro Sukartono. Seperti saat ia miyos (keluar) untuk menerima tamu agung di keraton, kehadiran Sultan malam itu membawa nuansa wibawa sekaligus keteduhan.

Di hadapan ribuan massa, Raja Keraton Yogyakarta berucap, “Yang Anda lakukan adalah bagian dari tumbuhnya demokrasi di Yogyakarta. Saya menghargai itu, dan saya sepakat. Tapi demokratisasi harus dilakukan dengan baik, untuk mendidik kita semua, termasuk saya,” tuturnya.

Tampak para demonstran yang sejak siang penuh amarah, meredup luluh, mendengarkan ucapan Sang Raja dengan penuh takzim.

[ Duka dalam Demokrasi ]

Sultan tidak hanya hadir untuk meredam situasi, tetapi juga menyampaikan rasa duka. Dengan suara yang berat, ia mengenang Affan Kurniawan, pengemudi ojek online yang meninggal usai dilindas kendaraan taktis Brimob di Jakarta.

“Saya sangat prihatin dan berduka cita atas meninggalnya Affan. Mengapa selalu ada korban dalam membangun demokrasi? Di Yogya, kita bisa berdialog, karena Yogya adalah tempat menghargai hak warga,” katanya.

Kata-kata Ngarso Dalem itu menggema, seakan berpadu dengan gamelan yang terus mengalun. Massa yang semula berdesakan semakin lebih tenang, seolah menghayati pesan seorang pemimpin yang datang bukan dengan kekerasan, melainkan kelembutan.

[ Seruan untuk Dialog ]

Di tengah suasana penuh simbol budaya itu, Sultan mengajak semua pihak mengedepankan dialog. Ia bahkan menawarkan diri untuk meneruskan aspirasi massa ke pemerintah pusat, asalkan disampaikan dengan cara yang tertib.

“Kalau tenaga dan pikiran saya dibutuhkan, silakan. Tapi harus ada surat resmi sebagai dasar saya berbicara dengan pemerintah pusat. Kalau menyerahkan surat, cukup dua sampai tiga orang saja,” pesannya.

Menutup pertemuan dini hari itu, Sultan kembali mengajak massa untuk pulang dan beristirahat. “Mari kita sama-sama pulang dan tidur,” ujarnya, sebelum kemudian meninggalkan halaman Polda.

Dan malam itu, gending Raja Manggala yang mengiringi langkahnya bukan sekadar musik tradisi, melainkan simbol: pemimpin hadir bukan untuk mengeraskan suara, melainkan untuk meneduhkan hati rakyatnya.[RN].

#SriSultanHBX #NgarsoDalem #PoldaDIY #DemoYogyakarta #AffanKurniawan #BacaJogja

Penulis: RN.Editor: JNAS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *