tours
tours
previous arrow
next arrow

CONFERENCE ON INDONESIA-JAPAN PARTNERSHIP

Jelajahnusantara.co.id| Jakarta (16/12), Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) telah mengadakan “CONFERENCE ON INDONESIA-JAPAN PARTNERSHIP” pada hari Senin, 16 Desember 2024 di Le Meridien Jakarta. Konferensi 2024 Conference on Indonesia-Japan Partnership ini ditujukan untuk mewadahi forum untuk berdiskusi di antara pejabat pemerintah, pakar, dan akademisi untuk mengeksplorasi arah masa depan hubungan Indonesia-Jepang, khususnya dalam konteks pemerintahan baru RI yang dipimpin oleh Presiden Prabowo serta pemerintahan baru Jepang yang dipimpin oleh Perdana Menteri Ishiba. Tak hanya itu, pertemuan ini merupakan manifestasi forum dialog yang relevan mengenai bidang kerjasama bilateral antara Indonesia dan Jepang.

Per-rilis ini ditulis, sebanyak 500+ orang telah menghadiri konferensi bilateral Indonesia-Jepang yang disusun oleh FPCI, baik via tatap muka maupun daring.

Konferensi ini dihadiri oleh beberapa figur ternama seperti: Dyah Roro Esti (Wamendag RI), Dr. Dino Patti Djalal (Pendiri & Ketua FPCI), Amb. Masafumi Ishii (Mantan Dubes Jepang untuk Indonesia), Mr. Hayakawa Yuho (Dirjen Departemen Asia Tenggara & Pasifik, JICA), Dr. Lili Yan Ing (Sekretaris Jenderal IEA), Prof. Tsutomu Kikuchi (Profesor Emeritus, Universitas Aoyama Gakuin), Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar (Peneliti Utama, BRIN) dan masih banyak lagi.

Topik utama konferensi ini adalah stabilitas keamanan dan perekonomian antar 2 negara yang diikuti dengan topik yang spesifik membicarakan:

1. Tantangan Keamanan yang dihadapi Indonesia dan Jepang (Peningkatan dialog strategis antara Indonesia dan Jepang, penguatan kerja sama di bidang keamanan [siber, antariksa, keamanan maritim])

2. Penguatan kerja sama Indonesia-Jepang menuju realisasi AOIP dan FOIP (termasuk di Laut China Timur dan Selatan)

3. Kerja sama antara Indonesia dan Jepang (penguatan persatuan dan ketahanan ASEAN, dialog dan kerja sama Indonesia-India-Jepang)

4, Kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Jepang (kerja sama dalam transisi energi dan dekarbonisasi [isu perubahan iklim], penguatan konektivitas, promosi industri hilir fotomotif generasi berikutnya. kerja sama digital}, kerjasama infrastruktur)

5. Menciptakan kebebasan, perdamaian, dan kemakmuran di luar kawasan Indo-Pasifik {kerja sama Indonesia-Jepang untuk perdamaian di Timur Tengah, kerjasama ODA Indonesia-Jepang di Afrika)

6. Isu aksesi Indonesia ke dalam OECD.

Dalam pembukaan kata sambutan, Dr. Dino Patti Djalal memberikan pidato sambutan hangat kepada juga memberikan sedikit konteks mengapa konferensi ini spesial, menurutnya: “This is special because this is the end of the year and after the inauguration of PrabowoGibran. We are celebrating the comprehensive strategic partnership of IndonesiaJapan. it is a strategic partnership because the government of President Prabowo has dedicated a target of 8% growth. When you look at the components of growth; there’s goverment Spending, consumption, investments, and exports. So, if these 4 components go up, then we can reach 8% growth. Japan is particularly relevant on two, which is trade and investment. There is something very special about Japan relations with Indonesia, which is the presence of trust — strategic and political trust — which has been proved by FPCI’s annual survey across ASEAN.” Dalam pidato pembukaan konferensi ini, Wamendag Dyah Roro menyatakan bahwa Indonesia dan Jepang memiliki persahabatan yang panjang dan kerja sama erat di berbagai bidang. Sebagaimana dikatakan pada keynote speech-nya:

1. “The Ministry of Trade is currently focusing on three main things: the first one being how we’re able to safeguard our national economy and national trade; how we can expand our intemational markets through international trade agreements; how we can boost SMEs to go global.”

2. “In 2023, Japan was Indonesia’s third largest trade partner — both as export destination and import source country. Our exports to Japan has recorded at around USD 20.7 billion while imports from Japan amounted to USD 16.5 billion, resulting in a USD 4.2 billion trade surplus. I’m confident that our bilateral trade will remain strong, investment flows will continue to expand, and emerging areas of collaboration will unlock even greater opportunities for success.

3. “The implementation of Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) in 2008 has provided an ideal framework to boost two-way trade and investment. It was our first bilateral FTA. Both countries have signed the protocol amending this on 8 Aug 2024 to further expand market access and establish a more modem framework for economic cooperation — we believe this will further boost economic growth and welfare of both countries. We aim to enter into force in 2025.”

Wamendag Dyah Roro optimis bahwa perdagangan bilateral Indonesia-Jepang akan tetap kokoh, investasi terus berkembang, dan kolaborasi di berbagai bidang akan membuka peluang lebih besar untuk kesuksesan bersama.

Konferensi ini tak hanya membicarakan hubungan perekonomian antara Indonesia—Jepang saja. Namun, juga mengulas hubungan keamanan di antara kedua negara. Masafumi Ishii, selaku mantan Dubes Jepang untuk Indonesia mengatakan bahwa Indonesia memiliki peran untuk meningkatkan keamanan kawasan, menurutnya:

“Indonesia-Japan relations is the most important partnership in the region, especially for Japan. Together we need to support the unity of ASEAN. | am worried about what is going on in the region, with Malaysia, Thailand and Indonesia joining BRICS. This may lead to the breaking up of the unity of ASEAN. If indonesia wishes to join QUAD, we would support it wholeheartedly. But if not, we may as well try to create an ASEAN version of QUAD: india, Indonesia, Japan and Australia. This would become more important than the existing quadniateral, as these four countries are the connecting dots for the sea lanes of communications.

Baginya, ia meyakini bahwa Indonesia mampu mengelola tanggung jawab ini secara mandiri. Namun, jika diperlukan, Jepang siap memberikan dukungan untuk bersama-sama menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan.

Dr. Nobuhiro Aizawa, selaku Dean and Managing Director, ERIA School of Government mengadvokasi model kolaborasi transformatif antara Indonesia dan Jepang. Baginya, perlu sebuah pergeseran dari hubungan yang bersifat transaksional yang diubah menjadi co-creation—untuk membuka potensi sumber daya yang belum dimanfaatkan, mendorong inovasi, dan menyelesaikan tantangan sosial di berbagai industri. Baginya:

‘When you use the old concept of ‘connectivity’ — you don’t use this concept to build society, it is like an economic integration target. There are so many commonalities between Indonesia and Japan: democracy, archipelago/manritime, decentralized form of goverment. You have all these fundamentals that shape our society, making a very natural partnership between Indonesia and Japan. This is how we created the word “co-creation.”

Jurnalis : Axnes

Penulis: AxnesEditor: JNAS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *