Jelajahnusantara.co.id| Jakarta, 30 Agustus 2025 – Indonesia sedang terjerat krisis ganda: ekonomi rakyat semakin tercekik, sementara demokrasi sejati dirampas menjadi panggung proxy politics elit politik. Praktisi hukum dan aktivis marhaenis, Fredi Moses Ulemlem, menilai, kondisi ini adalah akibat kelalaian pejabat yang rakus dan moral politik yang hancur.
“Kabinet gemuk dan DPR amburadul bukan sekadar masalah birokrasi. Rakyat sudah muak, menderita, dan terhina oleh ulah pejabat yang lupa bahwa mereka adalah pelayan, bukan penguasa,” ujar Fredi. Ia menekankan, jabatan adalah amanah rakyat, bukan panggung untuk pamer kekuasaan atau mencari keuntungan politik.
Fredi menyoroti kontrak sosial antara negara dan warga: pajak adalah simbol kepercayaan rakyat. “Setiap rupiah yang dipungut adalah titipan rakyat. Jika timbal baliknya diabaikan, kepercayaan publik hancur, dan kontrak sosial pun kehilangan makna,” jelasnya.
Menghadapi Pemilu 2029, situasi kian mencekam. Partai-partai menengah tidak hanya berkompetisi di bilik suara, tapi juga menggunakan massa jalanan sebagai pion. Aksi anarkis hari ini muncul dalam bentuk rapi, provokasi sistematis, dan bentrokan yang seolah sudah dipersiapkan. “Ini bukan kemarahan spontan rakyat. Ini strategi politik terselubung untuk mendelegitimasi lawan dan menciptakan narasi bahwa hanya elit tertentu yang bisa mengendalikan kekacauan,” tegas Fredi.
Fenomena ini menegaskan bahwa demokrasi Indonesia sedang dimanipulasi menjadi alat kekuasaan. Rakyat dijadikan korban, sementara elit politik menikmati panggung kekuasaan dan perang opini tanpa peduli penderitaan rakyat kecil.
Fredi menuntut adanya Undang-undang Etika dan Moral bagi pejabat, untuk memastikan mereka menjalankan tugas sesuai cita-cita rakyat, bukan ambisi pribadi. “Sudah saatnya pejabat berhenti menjadi tuan, dan mulai menjadi pelayan rakyat,” katanya.
Indonesia kini di persimpangan sejarah: apakah rakyat akan terus diperalat sebagai pion politik, atau bangkit merebut kembali demokrasi sejati yang selama ini dicuri elit?(JNAS).