Jelajahnusantara.co.id|JAKARTA — Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta mengajak para jurnalis ikut bantu pemerintah menyadarkan masyarakat soal pentingnya mengelola sampah sejak dari rumah. Hal itu disampaikan dalam seminar PEWARNA Indonesia DKI Jakarta di Balai Kota, Sabtu (1/11/2025), bertema “Menjadi Pemimpin yang Melayani Mendukung Jakarta untuk Indonesia Emas.”
Perwakilan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menjelaskan, pengelolaan sampah di Ibu Kota dilakukan secara menyeluruh — mulai dari rumah tangga, lingkungan, sampai ke tempat pengolahan akhir.
“Strategi kami dimulai dari hulu. Jadi, sebelum sampah masuk ke tempat pembuangan akhir, kami dorong agar volumenya sudah berkurang dari rumah,” ujarnya.
Salah satu langkah nyata yang dijalankan DLH adalah Program Adiwiyata, yang menanamkan kesadaran lingkungan sejak dini di sekolah.
“Kami ajak murid-murid SD, SMP, sampai SMA bawa botol minum isi ulang dari rumah, bukan beli air kemasan sekali pakai. Sekolah juga kami bantu dengan galon dispenser untuk isi ulang,” jelasnya.
Dari RW Sampai Kawasan Mandiri
Bukan cuma di sekolah, pengelolaan sampah juga digencarkan lewat Program Kampung Iklim (Proklim) dan Bidang Pengelolaan Sampah (BPS) RW.
“Di sini warga RW kami dorong buat kelola lingkungannya secara menyeluruh — mulai dari pemilahan sampah, penghijauan, sampai drainase,” katanya.
DLH menempatkan pendamping di tiap RW agar edukasi ke warga makin efektif.
“Tujuannya biar sampah benar-benar berkurang dari sumbernya, bukan cuma dipindah ke Bantargebang,” tambahnya.
Kawasan ekonomi menengah ke atas juga diminta mengelola sampahnya sendiri.
“Kami minta kawasan mandiri punya sistem pengolahan sendiri, supaya subsidi bisa fokus ke warga kecil,” ujarnya.
Armada dan Fasilitas Terus Ditingkatkan
DLH DKI saat ini mengoperasikan sekitar 1.800 armada pengangkut yang tiap hari membawa lebih dari 7.500 ton sampah.
Sampah itu kebanyakan dikirim ke TPST Bantargebang, sementara sebagian diolah di RDF Plant Rorotan dengan kapasitas 2.500 ton per hari.
“Target kami, yang masuk ke Bantargebang nanti tinggal 20 persen residu saja. Makanya kami perkuat sistem di hulu dan tengah, termasuk nambah TPS 3R. Saat ini baru 18 unit, targetnya 88,” beber pejabat DLH.
Ubah Perilaku, Bukan Cuma Tambah Teknologi
Menurut DLH, kunci utama pengelolaan sampah bukan di teknologi, tapi perubahan perilaku masyarakat.
“Kalau warganya nggak mau memilah dan mengurangi dari rumah, sistem secanggih apa pun nggak akan cukup,” tegasnya.
Ia juga menekankan, jurnalis punya peran penting dalam mengubah cara pandang masyarakat.
“Lewat pemberitaan, jurnalis bisa bantu ubah opini publik dan bangun kesadaran bareng-bareng,” ujarnya.
Jakarta Bersih Butuh Kerja Bareng
DLH menegaskan, pengelolaan sampah butuh kerja sama semua pihak.
“Kami nggak bisa kerja sendiri. Harus bareng masyarakat, sekolah, ormas, lurah, camat, dan tentu para jurnalis,” tutupnya.
Reporter: Tim Pewarna DKI Jakarta









