Jelajahnusantara.co.id| Jakarta – Praktisi hukum, Fredi Moses Ulemlem, menegaskan bahwa sikap netral di tengah ketidakadilan bukanlah pilihan moral yang aman, melainkan bentuk keterlibatan dalam penindasan itu sendiri.
“Netral dalam situasi ketidakadilan berarti kamu sedang memilih jalan penindasan,” ujar Fredi (29/8) mengutip Uskup Agung Desmond Tutu, sembari menegaskan bahwa diamnya negara hanya akan memperpanjang rantai represi terhadap rakyat.
Tragedi gugurnya seorang pengemudi ojek online akibat ditabrak aparat disebut Fredi sebagai bukti nyata hilangnya tanggung jawab negara.
“Nyawa ojol sudah hilang, kehidupannya tak akan kembali. Haknya untuk hidup dirampas bukan oleh takdir, melainkan oleh tindakan brutal aparat,” tegasnya.
Fredi menuntut Presiden dan Kapolri untuk bertanggung jawab penuh atas peristiwa ini, bukan hanya kepada keluarga korban, tetapi juga kepada publik yang muak dengan wajah bengis negara ketika berhadapan dengan rakyat kecil.
Dalam pernyataannya, Fredi menyoroti kelemahan struktural di tubuh Polri yang kian menunjukkan wajah arogan dan represif. Ia menyerukan agar segera dilakukan rekturisasi Polri di bawah kendali Dewan Keamanan Nasional (Menkopolhukam) demi mencegah berulangnya aksi anarkisme aparat.
“Hentikan narasi yang menyakiti rakyat. Rakyat sudah muak,” tegasnya. Ia meminta para pejabat eksekutif, legislatif, maupun yudikatif menahan diri dari sikap emosional dan pembenaran diri yang hanya memperkeruh situasi.
Menurutnya, rakyat harus dilindungi, bukan dijadikan lawan. Konflik yang belakangan ini terjadi antara aparat dan massa aksi disebut sebagai akibat langsung dari politik egoisme negara yang gagal mendengar suara rakyat.
“Keberpihakan pada yang tertindas memang tidak mudah. Kadang berarti kehilangan kenyamanan, menghadapi kritik, bahkan dianggap melawan arus. Tapi hanya dengan keberanian berpihak, kemanusiaan bisa tetap berdiri,” pungkasnya.
Pidato Bung Karno pada masa perjuangan kembali relevan dengan situasi hari ini,pungkas Fredi
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah. Tetapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri yang berjiwa inlander, yang menjadi kaki tangan penindas bangsanya. Jangan sekali-kali berpikir netral di hadapan penindasan, sebab netral berarti membiarkan rakyat diinjak-injak. Jadilah pelindung bagi kaum marhaen, karena hanya dengan keberanian berpihak, bangsa ini akan berdiri tegak.”
Tragedi ini sekali lagi menampar kesadaran kita bahwa negara yang semestinya hadir melindungi, justru tampil sebagai alat represi. Di tengah situasi penuh darah dan air mata, rakyat menunggu sikap berani apakah pemerintah berpihak pada rakyat, atau terus berdiri di sisi penindas,tutup Fredi Moses Ulemlem.(JNAS).